BANYUWANGI, -– Memiliki
sejumlah program yang menghargai nilai-nilai kasih sayang, humanisme,
dan kebhinnekaan membuat Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dijadikan
sebagai Kota Welas Asih (Compassionate City). Bupati Banyuwangi Abdullah
Azwar Anas menandatangani Piagam Welas Asih (Charter for Compassion) di
Banyuwangi, Selasa (5/8/2014).
Dengan menandatangani piagam tersebut, Banyuwangi masuk dalam jaringan
40 kota di dunia yang telah ditetapkan menjadi Kota Welas Asih sesuai
inisiasi program Compassion Action International. Saat ini, 231 kota di
berbagai negara sedang dalam proses menjadi Kota Welas Asih. Yang telah
ditetapkan sebagai Kota Welas Asih antara lain Atlanta, Appleton,
Denver, Houston, Seattle (semuanya Amerika Serikat), Capetown (Afrika
Selatan), Eskilstuna (Swedia), Groningen dan Leiden (Belanda), Botswana,
Parksville (Kanada), serta Gaziantep (Turki).
Charter for Compassion juga telah ditandatangani oleh lebih dari 100.000
tokoh di dunia, termasuk sejumlah tokoh terkemuka di Indonesia.
Compassion Action International digerakkan oleh sejumlah tokoh, di
antaranya pakar agama Karen Armstrong dan Presiden Masyarakat Islam
Amerika Utara Imam Mohamed Magid.
”Banyuwangi berkomitmen menjadi daerah yang penuh cinta, bertaburan
kasih sayang, tidak hanya dalam konteks ekonomi tetapi juga secara
hubungan sosial antarwarganya,” ujar Anas seusai menandatangani Charter
for Compassion.
Anas menyebut sejumlah program di Banyuwangi sudah merepresentasikan
prinsip-prinsip kasih sayang, humanisme, dan kebhinnekaan. Misalnya,
pertemuan rutin lintas agama, gerakan Siswa Asuh Sebaya yang menjalin
solidaritas antarsiswa, Gerakan Sedekah Oksigen yang melibatkan semua
tokoh agama untuk kampanye lingkungan, ambulans 24 jam untuk melayani
warga, serta pemberantasan buta aksara dan anak putus sekolah yang
menjunjung tinggi aksesibilitas warga dalam menikmati layanan
pendidikan.
Selain itu, program-program seperti bantuan permodalan untuk usaha
kecil, bantuan benih untuk petani dan pembudidaya ikan, beasiswa untuk
siswa dari keluarga miskin dan penyandang disabilitas, bedah rumah, dan
gerakan pengentasan kemiskinan lainnya juga menjadi contoh kebijakan
publik yang berbasis kemanusiaan. ”Dengan segala kekurangan yang masih
ada, kebijakan publik ke depan harus mampu memanusiakan manusia,” ujar
Anas yang pernah menempuh studi singkat ilmu kepemerintahan di Harvard
Kennedy School of Government, Amerika Serikat, tersebut.
Anas mengatakan, ajaran agama pada dasarnya mengajarkan prinsip-prinsip
kemanusiaan. Karena itu, mendorong sebuah gerakan kasih sayang hingga ke
level daerah menjadi penting untuk menghadapi tantangan bangsa yang
semakin kompleks. ”Bagaimana daerah bisa memasukkan prinsip kemanusiaan
dalam setiap kebijakan, baik kebijakan ekonomi, sosial, budaya,
pariwisata, pendidikan, maupun kesehatan,” tuturnya.
Dia mencontohkan, di bidang pendidikan, para pendidik berkomitmen untuk
menjadikan sekolah mereka sebagai sekolah welas asih atau compassionate
school. Sekolah yang bebas disktriminasi, kekerasan, aman dan nyaman
bagi siswa. ”Pendidik dan pelajar bukan hanya mempelajari tapi juga
mempraktikan nilai kasih sayang, cinta, dan menghargai perbedaan. Tumbuh
berprestasi bersama-sama, bukan menciptakan persaingan tidak sehat
sejak masa kecil,” kata dia.
Demikian juga di bidang pelayanan publik, dengan menjadi bagian dari
Kota Welas Asih, birokrat di Banyuwangi secara berkelanjutan
meningkatkan pelayanan dan membangun fasilitas publik yang lebih
manusiawi. Program inovatif pelayanan publik telah dilakukan seperti
Bayi Lahir Pulang Bawa Akta, One Stop Services, dan SMS Gateway. Ke
depan, itu akan diperluas. ”Suara kritis publik diakomodasi, bisa lewat
SMS Center, Twitter, maupun pertemuan-pertemuan langsung,” ujarnya.
Anggota Global Compassion Council Dr Haidar Bagir yang hadir di
Banyuwangi mengatakan, dengan mendatangani Charter for Compassion,
Banyuwangi sudah masuk jaringan 40 kota di dunia yang sebelumnya telah
menjadi Compassionate City. ”Dan ini akan menjadi platform bagi
Banyuwangi untuk bekerja sama dengan kota-kota lainnya yang ada di
Amerika Serikat, Eropa, Afrika, dan Asia,” ujar Haidar.
Ditambahkan Haidar, Banyuwangi adalah daerah pertama di Indonesia yang
direkomendasikannya sebagai Kota Welas Asih. Saat ini tiga daerah lain,
yaitu Jakarta, Bali, dan Bandung, sedang dalam tahap proses untuk
menjadi Kota Welas Asih. ”Ini saatnya membalikkan kehidupan masyarakat
yang semakin individualistik menjadi lebih humanis, daerah harus semakin
pro-warganya. Ini sudah sejalan dengan program yang telah dijalankan di
Banyuwangi,” ujarnya.
Dengan menjadi Kota Welas Asih, ada beberapa keuntungan yang bisa
didapat Banyuwangi Pertama, untuk memperkuat branding Banyuwangi. Kedua,
mempunyai jaringan internasional untuk saling bertukar pengalaman dan
sumberdaya dalam membangun daerah. Untuk mengetahui lebih jauh tentang
Compassionate Action, bisa mengunjungi website
www.charterforcompassion.com.
JPNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar