Blogroll

SELAMAT DATANG DI BLOG BANYUWANGI BERSATU YANG SEDERHANA INI | TWITTER: @BwiBERSATU | IG: @bwibersatu | Grup FB : BANYUWANGI BERSATU....

Kamis, 07 Agustus 2014

Jadi Kota Welas Asih, Banyuwangi Sejajar dengan Atlanta, Houston, dan Seattle

BANYUWANGI,  -– Memiliki sejumlah program yang menghargai nilai-nilai kasih sayang, humanisme, dan kebhinnekaan membuat  Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dijadikan sebagai Kota Welas Asih (Compassionate City). Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menandatangani Piagam Welas Asih (Charter for Compassion) di Banyuwangi, Selasa (5/8/2014).

Dengan menandatangani piagam tersebut, Banyuwangi masuk dalam jaringan 40 kota di dunia yang telah ditetapkan menjadi Kota Welas Asih sesuai inisiasi program Compassion Action International. Saat ini, 231 kota di berbagai negara sedang dalam proses menjadi Kota Welas Asih. Yang telah ditetapkan sebagai Kota Welas Asih antara lain Atlanta, Appleton, Denver, Houston, Seattle (semuanya Amerika Serikat), Capetown (Afrika Selatan), Eskilstuna (Swedia), Groningen dan Leiden (Belanda), Botswana, Parksville (Kanada), serta Gaziantep (Turki).

Charter for Compassion juga telah ditandatangani oleh lebih dari 100.000 tokoh di dunia, termasuk sejumlah tokoh terkemuka di Indonesia. Compassion Action International digerakkan oleh sejumlah tokoh, di antaranya pakar agama Karen Armstrong dan Presiden Masyarakat Islam Amerika Utara Imam Mohamed Magid.

”Banyuwangi berkomitmen menjadi daerah yang penuh cinta, bertaburan kasih sayang, tidak hanya dalam konteks ekonomi tetapi juga secara hubungan sosial antarwarganya,” ujar Anas seusai menandatangani Charter for Compassion.

Anas menyebut sejumlah program di Banyuwangi sudah merepresentasikan prinsip-prinsip kasih sayang, humanisme, dan kebhinnekaan. Misalnya, pertemuan rutin lintas agama, gerakan Siswa Asuh Sebaya yang menjalin solidaritas antarsiswa, Gerakan Sedekah Oksigen yang melibatkan semua tokoh agama untuk kampanye lingkungan, ambulans 24 jam untuk melayani warga, serta pemberantasan buta aksara dan anak putus sekolah yang menjunjung tinggi aksesibilitas warga dalam menikmati layanan pendidikan.

Selain itu, program-program seperti bantuan permodalan untuk usaha kecil, bantuan benih untuk petani dan pembudidaya ikan, beasiswa untuk siswa dari keluarga miskin dan penyandang disabilitas, bedah rumah, dan gerakan pengentasan kemiskinan lainnya juga menjadi contoh kebijakan publik yang berbasis kemanusiaan. ”Dengan segala kekurangan yang masih ada, kebijakan publik ke depan harus mampu memanusiakan manusia,” ujar Anas yang pernah menempuh studi singkat ilmu kepemerintahan di Harvard Kennedy School of Government, Amerika Serikat, tersebut.

Anas mengatakan, ajaran agama pada dasarnya mengajarkan prinsip-prinsip kemanusiaan. Karena itu, mendorong sebuah gerakan kasih sayang hingga ke level daerah menjadi penting untuk menghadapi tantangan bangsa yang semakin kompleks. ”Bagaimana daerah bisa memasukkan prinsip kemanusiaan dalam setiap kebijakan, baik kebijakan ekonomi, sosial, budaya, pariwisata, pendidikan, maupun kesehatan,” tuturnya.

Dia mencontohkan, di bidang pendidikan, para pendidik berkomitmen untuk menjadikan sekolah mereka sebagai sekolah welas asih atau compassionate school. Sekolah yang bebas disktriminasi, kekerasan, aman dan nyaman bagi siswa. ”Pendidik dan pelajar bukan hanya mempelajari tapi juga mempraktikan nilai kasih sayang, cinta, dan menghargai perbedaan. Tumbuh berprestasi bersama-sama, bukan menciptakan persaingan tidak sehat sejak masa kecil,” kata dia.

Demikian juga di bidang pelayanan publik, dengan menjadi bagian dari Kota Welas Asih, birokrat di Banyuwangi secara berkelanjutan meningkatkan pelayanan dan membangun fasilitas publik yang lebih manusiawi. Program inovatif pelayanan publik telah dilakukan seperti Bayi Lahir Pulang Bawa Akta, One Stop Services, dan SMS Gateway. Ke depan, itu akan diperluas. ”Suara kritis publik diakomodasi, bisa lewat SMS Center, Twitter, maupun pertemuan-pertemuan langsung,” ujarnya.

Anggota Global Compassion Council Dr Haidar Bagir yang hadir di Banyuwangi mengatakan, dengan mendatangani Charter for Compassion, Banyuwangi sudah masuk jaringan 40 kota di dunia yang sebelumnya telah menjadi Compassionate City. ”Dan ini akan menjadi platform bagi Banyuwangi untuk bekerja sama dengan kota-kota lainnya yang ada di Amerika Serikat, Eropa, Afrika, dan Asia,” ujar Haidar.

Ditambahkan Haidar, Banyuwangi adalah daerah pertama di Indonesia yang direkomendasikannya sebagai Kota Welas Asih. Saat ini tiga daerah lain, yaitu Jakarta, Bali, dan Bandung, sedang dalam tahap proses untuk menjadi Kota Welas Asih. ”Ini saatnya  membalikkan kehidupan masyarakat yang semakin individualistik menjadi lebih humanis, daerah harus semakin pro-warganya. Ini sudah sejalan dengan program yang telah dijalankan di Banyuwangi,” ujarnya.

Dengan menjadi Kota Welas Asih, ada beberapa keuntungan yang bisa didapat Banyuwangi Pertama, untuk memperkuat branding Banyuwangi. Kedua, mempunyai jaringan internasional untuk saling bertukar pengalaman dan sumberdaya dalam membangun daerah. Untuk mengetahui lebih jauh tentang Compassionate Action, bisa mengunjungi website www.charterforcompassion.com.
JPNN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar