Blogroll

SELAMAT DATANG DI BLOG BANYUWANGI BERSATU YANG SEDERHANA INI | TWITTER: @BwiBERSATU | IG: @bwibersatu | Grup FB : BANYUWANGI BERSATU....

Rabu, 27 Agustus 2014

Pasokan Telat, SPBU di Banyuwangi Tutup

Banyuwangi - Pertamina terlambat memasok bahan bakar minyak (BBM) ke sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Akibatnya, hari ini, Rabu 27 Agustus 2014, sejumlah SPBU terpaksa tutup sementara karena stok Premium dan solar kosong.

Pertamina sebenarnya telah mencabut pembatasan BBM bersubsidi sejak Selasa malam kemarin. Namun, hingga pukul 12.00 WIB hari ini, pasokan BBM bersubsidi ke beberapa SPBU belum normal kembali. Misalnya, di SPBU 54.684.037 di Desa Kedayunan, pompa Premium dan solar ditutup karena suplai dari Pertamina belum tiba.

Menurut pengawas SPBU Kedayunan, Djunaiyah, persediaan Premium dan solar sudah habis sejak pukul 09.00 WIB tadi. Hari ini pihaknya telah menjual seluruh stok Premium dan solar masing-masing sebanyak 16 kiloliter. "Sekarang sudah habis, Pertamina telat kirim," katanya.

SPBU di Desa Labanasem bahkan telah tutup sejak pukul 07.30 WIB. Menurut pegawainya, Chandra Utomo, stok Premium sebanyak 8 kiloliter yang dipasok pada Selasa lalu telah habis. Sedangkan solar justru habis lebih cepat karena hanya dipasok dua hari sekali.

Enam pegawai SPBU Labanasem tampak hanya duduk di lantai kantor. Menurut Chandra, pihaknya telah mengorder BBM bersubsidi sejak Selasa kemarin. Namun, hingga Rabu pukul 12.00, Pertamina belum mengirim pesanannya. "Biasanya maksimal jam sebelas siang sudah dikirim," katanya.

Beberapa SPBU lain yang telah mendapatkan pasokan BBM bersubsidi langsung diserbu pembeli. Di SPBU Brawijaya, misalnya, antrean sepeda motor dan mobil pribadi terlihat memenuhi halaman stasiun itu.

tempo

Banyuwangi Deklarasikan Jadi Kabupaten Inklusi

Banyuwangi - Membawa spirit sebagai kota welas asih Banyuwangi mendeklarasikan diri sebagai kabupaten Inklusi. Yakni, kabupaten yang memberi kesempatan pendidikan kepada semua anak, baik normal maupun anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk bisa belajar di sekolah yang sama, mempelajari mata pelajaran yang sama dan mengikuti semua kegiatan disekolah tanpa ada diskriminasi.

Komitmen peduli pada ABK tersebut dideklarasikan oleh Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko bersama Direktur Pendidikan Khusus Layanan Khusus, Dr Mujito, dari Direktorat Jenderal Pembinaan Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Taman Blambangan.

Melalui sambungan jarak jauh, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menuturkan, jika deklarasi ini merupakan sebuah bentuk komitmen Pemkab Banyuwangi agar pendidikan bisa dirasakan merata tanpa adanya diskriminasi.

"Pendidikan merupakan hak azasi setiap warga negara, bahkan mereka yang berada dalam keterbatasan sekalipun. Deklarasi ini sebagai komitmen kita untuk membantu orang-orang yang mengalami hambatan, agar mereka mudah mengakses segala sesuatu sebagaimana manusia normal lainnya," ujar Bupati Anas melalui sambungan jarak jauh, Rabu (27/8/2014).

Saat ini di Banyuwangi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif berjumlah 115 sekolah. Terdiri dari 28 sekolah PAUD, 44 SD/MI, 26 SMP/MTs dan 17 SMA/MA. Sekolah-sekolah tersebut dilengkapi dengan guru pembimbing khusus dan sarana prasarana yang aksesibel bagi ABK.

Kehadiran sekolah-sekolah inklusif tersebut akan memberi kemudahan bagi para ABK. Salah satunya, mereka bisa bersekolah yang terdekat dengan rumah. Bupati putra daerah ini berharap dengan adanya ABK yang menuntut ilmu di sekolah reguler, Banyuwangi akan mampu mewujudkan pendidikan yang ramah anak, tidak diskriminatif dan penuh toleransi.

"Dengan begitu, antara ABK dan masyarakat bisa belajar saling menyesuaikan diri dan menerima satu sama lain," harapnya.

Sementara Direktur Pendidikan Khusus Layanan Khusus Kementrian Pendidikan, Dr Mujito, memberikan apresiasi atas pendeklarasian Kabupaten Banyuwangi sebagai Kabupaten Inklusi. Besar harapan jika semangat pendidikan inklusi di Banyuwangi bisa terus bertumbuh.

"Semoga spirit pendidikan inklusi terus tumbuh di Banyuwangi. Sehingga para ABK tersebut tak akan menerima lagi kekerasan, tak ada bully, dan penuh dengan empati," tutupnya.

Detik

Sabtu, 16 Agustus 2014

Alunan Angklung Paglak Menemani "Wong Using" Panen Padi di Banyuwangi

BANYUWANGI, - Musik mengalun lembut dari bangunan panggung yang ada di sebelah sawah di desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Masyarakat Using sebagai suku asli Banyuwangi mengenal musik tabuh yang terbuat dari bambu dengan sebutan Angklung Paglak. Ada 4 orang lelaki berbaju hitam memainkan alat musik pukul tersebut diketinggian kurang dari 10 meter.

Sementara itu, beberapa petani sambil bersenandung mengayunkan sabit memanen padi yang sudah menguning. Sesekali mereka bercanda dan melempar "wangsalan" (pantun) yang langsung dibalas oleh petani yang lain. "Mereka yang bermain angklung paglak maupun yang bantu panen tidak di bayar. Mereka bukan buruh panen tapi sama-sama petani. Kami bergantian akan saling membantu saat musim panen. Sekarang saya yang panen, mereka suami istri dan keluarga ke sini untuk bantu. Nanti saat ada yang panen saya dan keluarga juga akan bantu. Kami tetap melestarikan tradisi ini," jelas Sucipto, Jumat (15/8/2014).

Dari sawah seluas 1 hektar biasanya Sucipto mendapatkan 70 karung dengan berat masing-masing karung sekitar 120 kilogram. "Masa panen yang kami lakukan sekitar 4 bulan 10 hari," tambah lelaki yang biasa di panggil Kang Cip tersebut.

Kang Cip menceritakan, tradisi memainkan angklung paglak saat panen padi di Desa Kemiren sudah mulai jarang dilakukan. "Padahal angklung paglak ini adalah perjanjian yang dilakukan oleh leluhur kita dengan Dewi Sri. Kami percaya tanah ini bukan hanya milik kami tapi ada 'danyang' yang menjaga lahan pertanian ini," jelas Sucipto.





Untuk melestarikan tradisi leluhur mereka, Sucipto masih melakukan beberapa upacara. "Ada Labuh Nyingkal, Labuh Tandur, Ngrujaki Pari dan angklung paglak ini saat panen. Kami memberlakukan sawah kami seperti manusia," jelasnya.

Kang Cip melanjutkan, Labuh Nyingkal dilakukan selepas panen dan tanah mulai dibajak. "Ada daun jarak, daun kluwih dan beberapa jenis daun lainnya diikat menjadi satu. Termasuk juga beras yang diletakkan dalam takir yang terbuat dari daun pisang dicampur dengan kelapa parut serta sabut kelapa yang dibakar dengan menyan. Saat itu kami meminta kepada Dewi Sri agar menjaga tanaman kami," jelas Kang Cip.

Lalu pada saat Labuh Tandur, biasanya Kang Cip akan mencari hari baik untuk memulai musim tanam. "Ada 4 macam, yaitu odot (umbi-umbian), uwit (pepohonoan), godong (sayur-sayuran), woh (buah-buahan). Ada hitungannya sendiri dan banyak yang tidak memahami ini," jelasnya sambil tersenyum.

Terakhir adalah "Ngrujaki Pari" yaitu membuat rujak lethok (rujak gula) yang nanti akan diletakkan di pajupat atau pojokan sawah. "Ngrujaki pari dilakukan saat bulir padi sudah mulai muncul. Sama dengan tradisi rujakan pada acara selamatan orang hamil," jelasnya. Terakhir pada satu minggu sebelum panen, Sucipto akan melakukan selamatan di sawah dengan mengundang teman-teman sesama petani dan juga keluarga. "Biasanya akan membuat pecel pithik dan akan kami makan bersama di sawah," sambungnya.


Ia mengatakan tradisi itu akan terus ia lakukan walaupun petani sudah jarang melakukan hal tersebut. "Ada yang bilang ruwet. Tapi selama ini saya menjalankan tradisi seperti leluhur kami dan hasil panen selalu bagus. Tanah pertanian adalah lahan kehidupan jadi ya harus diperlakukan baik agar seimbang dan memberikan yang baik-baik juga kepada kami," ungkapnya.

Sementara itu Aekanu, salah satu budayawan Banyuwangi kepada mengatakan tradisi pertanian di kalangan masyarakat Using harus dilestarikan. "Tradisi pertanian Suku Using benar-benar dekat dengan alam. Contohnya saat panen seperti ini mereka bermain musik angklung paglak dan ini bukan sebuah seni pertunjukan tapi muncul dari diri mereka. Sebuah kepercayaan terhadap leluhur dan juga Dewi Sri, termasuk juga menghibur para petani yang sedang panen. Belum lagi upacara-upacara lainnya. Bukan seperti pertanian sekarang yang sistemnya semua diburuhkan dan sistem kegotongroyongan yang semakin menipis," jelas Aekanu.  KOMPAS

Sabtu, 09 Agustus 2014

Tiga pengedar sabu Banyuwangi diringkus polisi

Banyuwangi - Subdit II Reskoba Polda Jatim, kemarin malam membekuk membekuk tiga tersangka pengedar sabu. Masing-masing Zainal (35) warga Jl Raya Muncar Banyuwangi, Fatkhor (30) dan Andik (30), ketiganya diamankan dari dua tempat berbeda.
Informasinya, anggota Subdit II Reskoba Polda Jatim yang melakukan undercover buy, menyamar menjadi pembeli sabu pada Zainal di rumahnya. Begitu memastikan bahwa yang dijual sabu asli, polisi langsung meringkusnya. Saat digeledah, di rumahnya ditemukan barang bukti sabu lain seberat 2 gram.
Kasus dikembangkan dan dari keterangan Zainal diperoleh informasi jika sabu diperoleh dari IM (30). Polisi langsung menggerebek rumah IM namun yang dicari tak ada dan polisi hanya mendapati Andik dan Fatkhor yang sedang memegang alat hisap (bong). Keduanya langsung diamankan dan saat ini masih menjalani pemeriksaan secara intensif
Dir Reskoba Polda Jatim Kombes Pol Andy Loedianto saat dihubungi melalui ponselnya, membenarkan penangkapan yang dilakukan timnya. Saat ini ketiga tersangka sedang menjalani pemeriksaan. “Memang benar, tadi pagi ada laporan bahwa anggota kami melakukan penangkapan, namun saat ini tersangka masih dalam proses pemeriksaan dan masih melakukan pengembangan,” terangnya.
Polisi memastikan saat ini sudah masuk dalam DPO sedangkan ketiga pelaku yang diamankan diduga kuat sebagai pengedar sabu kaki tangannya. “Informasi sementara, ketiganya sebagai pengedar sabu tapi maaf belum bisa memberi keterangan lebih banyak karena mereka masih dalam pemeriksaan,” tambahnya.

Bandara Banyuwangi Dilengkapi Fasilitas Terminal Jet Pribadi

Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi terus berupaya mengoptimalkan fungsi Bandara Blimbingsari. Setelah penambahan rute dan pesawat komersil dan pembangunan fasilitas sekolah pilot, Bandara Blimbingsari sekarang dijadikan sebagai terminal private jet alias pesawat jet pribadi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, terminal khusus jet pribadi ini diperuntukkan bagi pesawat-pesawat dengan kapasitas di bawah 30 tempat duduk. Terminal private jet itu dikelola oleh operator fixed base operation (FBO) CEO Jetset. FBO adalah pihak komersial yang diberi izin untuk mengoperasikan sejumlah layanan di bandara, termasuk penyewaan pesawat.
Operator CEO Jetset menyewa sejumlah fasilitas d Bandara Blimbingsari untuk dijadikan terminal general aviation. General aviation adalah salah satu sub sektor penerbangan yang antara lain melayani penerbangan pesawat jet pribadi dan pesawat pesanan.
"Terminal private jet di Banyuwangi ini untuk tahap awal tidak harus membangun apa-apa dulu. Operatornya akan memakai Ruang VIP baru bandara sebagai lounge, dan runway atau landasan Bandara Blimbingsari yang 1.800 meter sudah cukup untuk pendaratan pesawat jet," kata Anas di Banyuwangi, Jumat (8/8).
Sementara itu, Presiden Komisaris CEO Jetset, Rendra Darmakusuma, menjelaskan, layanan jet pribadi ini akan segera beroperasi di Banyuwangi paling lambat awal 2015. Saat ini, kata dia, FBO terminal private jet ini hanya ada satu di Indonesia, yakni di bandara Ngurah Rai Bali.
"FBO di Indonesia hanya satu, dan operatornya adalah asing. Pengembangan di banyuwangi ini akan jadi pertama di Indonesia yang operatornya adalah putra Indonesia," kata Rendra yang juga pengusaha asli Banyuwangi.
Saat ditanya alasan membuka terminal private jet ini, Rendra menjelaskan bahwa potensi Banyuwangi cukup menjanjikan. Selain potensi pariwisatanya, perkembangan lalu lintas penerbangan ke Banyuwangi cukup cerah.
"Sudah ada dua maskapai ke Banyuwangi itu salah satu menandakan bahwa geliat industri penerbangan di Banyuwangi semakin berkembang. Di samping juga ada hanggar sekolah penerbangan yang bisa dimanfaatkan," katanya.
FBO ini akan dilengkapi sejumlah fasilitas antara lain jasa pemeliharaan pesawat, hanggar untuk ruang penyimpanan pesawat, dan lounge. "Ke depan kita berencana memperluas hingga helicopter maintenance," ujar Rendra.

BeritaSatu

Ritual Seblang Olehsari Digelar

BANYUWANGI –  Prosesi  ritual adat  Seblang Olehsari  digelar Jum’at siang (8/8). Setelah sempat tertunda selama 5 hari lantaran roh sang hyang bernama Sayu Sarinah tak kunjung masuk ke tubuh penari seblang, akhirnya tepat pada hari ke enam ritual tersebut bisa dijalankan. Ritual adat tahunan ini merupakan agenda kedua Banyuwangi Festival 2014. Masyarakat sekitar dan para wisatawan seolah enggan melewatkan event budaya ini. Itu sebabnya mereka tumplek bleg di lokasi penyelenggaraan seblang.
Ritual yang bertujuan untuk memohon keselamatan itu berlangsung cukup menegangkan. Diawali seorang  pawang membawa penari ke arena seblang untuk memasang mahkota berupa omprok yang dihiasi janur kuning dan beberapa macam bunga segar di atasnya . Omprok Seblang Olehsari hampir menutupi wajah sang penari. Setelah itu  para pawang membacakan mantra  untuk  memasukkan roh Sang Hyang ke dalam tubuh sang penari.
Proses masuknya roh ini diiringi lantunan gending Seblang Lukinto. Gending ini dipercaya oleh masyarakat Olehsari sebagai pemanggil arwah atau sebuah kekuatan halus untuk datang ke ritual seblang. Syair dari gending pembuka Seblang tersebut adalah “ Seblang Seblang yo lukinto sing kang dadi encakana “ sebanyak 10 kali . Untuk membuktikan roh sudah masuk dalam tubuh penari, pawang cukup menggoyangkan tubuh penari ke kanan dan kekiri, apabila nyiru kosong yang sejak tadi di pegang penari jatuh dan badan penarinya  terjungkal kebelakang menandakan bahwa penari berada dalam keadaan kesurupan.
Selanjutnya , pertunjukan diteruskan dengan lantunan gending-gending Using lainnya seperti gending Liliro Kantun , Cengkir Gadhing , Padha Nonton Pupuse , Padha Nonton Pundak Sempal , Kembang Menur , Kembang Gadung , Kembang Pepe , dan Kembang Dermo. Pada saat gending Kembang Dermo ini dibawakan, penari Seblang membawa tampah yang berisi bunga yang bernama bunga Dermo. Gending ini dilantunkan pada saat akhir pertunjukan saat sang penari akan disadarkan kembali , ketika  gending ini dilantunkan, sang penaripun akan jatuh pingsan dan pawang akan mengatakan pada roh sang hyang bahwa pertunjukan telah selesai .
Ritual terakhir ini merupakan acara yang paling menegangkan, sebab jika pawang tidak bisa membangunkan sang penari , penari akan kehilangan nyawanya . Pada saat penari Seblang dibawa ke alam sadar, gending Seblang Lukinto kembali dinyanyikan dengan ritme yang keras dan bersemangat oleh para sinden. Penari tidak melakukan gerakan tari lagi, tapi kepalanya tertunduk, siap untuk dilepas omproknya oleh pawang. Kemudian , wajah penari seblang dicuci dengan Tuyo Arum yang telah diberi mantra dan dimasukkan dalam kendi yang berisi bunga pecari , bunga wongso dan bunga sundel.
Ritual adat Seblang Olehsari ini cukup keramat bagi masyarakat Olehsari. Karena prosesi ritual adat seblang merupakan sarana membersihkan diri bagi masyarakat Using. Biasanya, untuk ritual  ini,  penari seblang diperankan oleh gadis yang berusia 14 tahun atau belum menstruasi. Namun kali ini, penari seblangnya berusia 18 tahun dan telah menikah. Dia adalah  Su’idah, penari seblang yang telah 7 tahun berturut-turut menarikan seblang. Su’idah merupakan keturunan penari seblang. Ibu dan neneknya merupakan penari seblang yang masing-masing menari selama 9 tahun. Sebelumnya, ketika ritual ini gagal dilaksanakan, gadis yang ditunjuk untuk menarikan seblang adalah Miftahul Jannah, 13 tahun. Namun dia gagal kerasukan roh Sayu Sarinah sebab, kata Ketua Adat Paguyuban Seblang, Anshori, belum ada ikatan antara Miftahul Jannah dengan roh Sayu Sarinah.  Menurut Anshori, berdasarkan wangsit yang didapat salah satu sesepuh desa yang kerasukan roh seblang, Mbah Sumarmi, Su’idah-lah yang ditunjuk untuk menarikan seblang kali ini. Ini menjadi tahun terakhir bagi Su’idah menjadi penari seblang.  
Upacara Seblang akan terus dilakukan selama tujuh hari berturut-turut. Hari ini (Jumat) menjadi hari pertama pelaksanaan ritual seblang, dan akan diakhiri 15 Agustus mendatang. Pada hari terakhir,  penari Seblang akan diarak berkeliling desa yang disebut ider bumi berjalan beriringan bersama para pawang , sinden , dan seluruh perangkat menuju empat penjuru yang dianggap tempat bermula desa Olehsari berdiri dan adat Seblang dilaksanakan, yaitu Situs Mbah Ketut , lahan Petahunan, Sumber Tengah dan berakhir di Balai Desa. Dengan adanya Ider Bumi ini maka berakhirlah acara Seblang Olehsari yang telah dilaksanakan selama tujuh hari.

BanyuwangiKab

Kitesurfers dan Windsurfers Beraksi di Atas Laut Pulau Tabuhan

BANYUWANGI –  Puluhan kitesurfers dan windsurfers yang berasal dari berbagai negara menunjukkan aksinya bermanuver di atas laut Pulau Tabuhan. Angin yang berhembus dengan kencang sesekali membuat  para  kitesurfer (selancar layang) dan windsurfer (selancar angin) terangkat dari air dan melayang diudara.
Aksi para peselancar yang memanfaatkan angin sebagai penggerak utamanya ini menjadi bagian dari pembukaan trial summer kitesurf camp yang diselenggarakan oleh Banyuwangi Bangsring Breeze dengan di dukukung Pemkab Banyuwangi di Pulau Tabuhan, Bangsring, Sabtu (9/8).
Kitesurfer asal Belanda, yang juga penggagas even, Jeroen Van Der Kooij mengatakan Pulau Tabuhan menjadi tempat istimewa bagi para peselancar. Kecapatan angin di laut pulau ini berkisar 20-30 knot, sangat baik untuk bermain kitesurfing maupun windsurfing. “Tabuhan tempat paling bagus di Indonesia untuk main surfing, angin keras setiap saat, tidak usah menunggu datangnya angin seperti di Bali,” kata Jeroen.
Peserta yang mengikuti event ini sebanyak 36 kitesurfers asing yang berasal dari berbagai negara. Di antaranya Austria, Jerman, Perancis, Singapura, Thailand, Hongkong, dan Australia. Beberapa atlet dari Bali Kitesurf Club juga ikut serta.
Jeroen menambahkan, Pulau Tabuhan sangat cocok untuk bermain freestyle kitesurfing dan windsurfing karena lautnya yang tanpa ombak. “Kami baru mengetahui kalau Pulau Tabuhan sangat potensial untuk olahraga ini tahun lalu. Jika saja sudah tahu  sejak dulu pasti sudah lama kesini. Teman-teman kitesurfer yang biasanya main di Bali semuanya kesini,” tambah Jeroen.
Jeroen optimis kalau Pulau Tabuhan akan menjadi lokasi surfpoint utama bagi penggila kitesurfing dan windsurfing. Ini juga terlihat dari antusiasme peserta dari berbagai negara yang mendaftar secara online untuk mengikuti kegiatan ini. Untuk mengembangkan olahraga ini di Pulau Tabuhan,  dia juga berencana akan membuka kelas training bagi warga lokal maupun wisatawan yang tertarik pada olahraga ini.
“Sebagai awal kami akan membawa trainer dari luar yang memenuhi kualifikasi. Nantinya juga akan melibatkan warga lokal untuk  dilatih,” urainya.
Pulau Tabuhan sendiri merupakan sebuah Pulau kecil tidak berpenghuni yang berada di wilayah utara Banyuwangi. Untuk mencapai lokasi tersebut harus menyeberang kurang lebih 15 menit dari Pantai Bangsring dengan menggunakan perahu nelayan. Di sepanjang perjalanan menuju Pulau berpasir putih ini bisa dinikmati  pemandangan menawan gradasi warna laut mulai hijau, biru muda sampai biru tua.
Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan  event yang merupakan sinergi Pemkab Banyuwangi dengan pihak swasta ini salah satu bentuk private partnership dalam menggerakkan sektor pariwisata yang muaranya adalah menggerakkan perekonomian masyarakat. Ini juga menjadi salah satu cara untuk mempromosikan pariwisata Banyuwangi khususnya di wilayah utara setelah sebelumnya wilayah selatan telah lebih dulu dikenal lewat wisata pantai seperti Pulau Merah, Plengkung dan Sukamade.
“Satu lagi potensi pariwisata Banyuwangi yang tergali.  Pulau Tabuhan menyimpan pesona yang belum diketahui banyak orang. Pasir putih yang halus, air laut yang jernih dan biota lautnya yang menawan. Kami ingin Pulau Tabuhan menjadi  surfpoint bagi komunitas kitesurfing dan windsurfing internasional,” kata Bupati Abdullah Azwar Anas.
Ajang ini, ujar Bupati, merupakan pemanasan sebelum agenda sesungguhnya, yakni International Event Kitesurfing and Windsurfing Competition pada 2015 yang digelar tahun depan. “Event tersebut akan dimasukkan dalam rangkaian Banyuwangi Festival 2015,” ujar Bupati Anas.
Bupati melanjutkan, kedepan Pulau Tabuhan akan dikelola bersama dengan menggandeng investor. “Kami terbuka dengan investor yang ingin berinvestasi disini. Tapi nantinya harus diatur agar kawasan ini dapat dikelola secara profesional dengan memperhatikan kelestarian lingkungan,” pungkasnya.
Kitesurfing adalah olahraga selancar di permukaan air yang menggabungkan beragam unsur, mulai dari selancar angin, selancar, paralayang, bahkan senam menjadi satu jenis olahraga. Kitesurfing memanfaatkan angin guna mendorong sang atlet untuk menaklukkan air dengan papan selancar kecil. Para atlet atau pengendara di papan selancar dihubungkan dengan sebuah layang-layang paralayang. Para atlet akan berlomba melintasi air dan terkadang di udara.

banyuwangiKab

Melihat Keseruan Selancar Layang di Laut Pulau Tabuhan

BANYUWANGI –  Puluhan atlet selancar layang (kitesurfing) dan selancar angin (windsurfing) dari berbagai negara menunjukkan aksinya bermanuver di atas laut Pulau Tabuhan, Banyuwangi, Jawa Timur. Angin yang berembus dengan kencang sesekali membuat para  kitesurfer (peselancar layang) dan windsurfer (peselancar angin) terangkat dari air dan melayang-layang di udara. Fantastis!
Para kitesurfer itu meliuk terbang ke udara lalu melandai kembali berselancar di atas air dengan gerakan-gerakan yang mengundang decak kagum. Sebanyak 36 kitesurfers dari berbagai negara, mulai Austria, Jerman, Perancis, Singapura, Thailand, Hongkong, Australia, hingga Indonesia, tak mau kalah satu sama lain.
Aksi para peselancar yang memanfaatkan angin sebagai penggerak utamanya ini menjadi bagian dari pembukaan Summer Kitesurf Camp yang diselenggarakan di Pulau Tabuhan, Bangsring, Sabtu (9/8/2014). Ajang yang memadukan olahraga dan pariwisata (sport tourism) ini digelar oleh Banyuwangi Bangsring Breeze dengan dukungan penuh Pemkab Banyuwangi.
Kitesurfer asal Belanda, yang juga penggagas event, Jeroen Van Der Kooij, mengatakan, Pulau Tabuhan menjadi tempat istimewa bagi para peselancar. Kecapatan angin di laut pulau ini berkisar 20-30 knot, sangat baik untuk bermain kitesurfing maupun windsurfing. “Pulau Tabuhan tempat paling bagus di Indonesia untuk main selancar layang dan selancar angin. Angin keras setiap saat, tidak usah menunggu datangnya angin seperti di Bali,” kata Jeroen.
Jeroen menambahkan, Pulau Tabuhan sangat cocok untuk bermain freestyle kitesurfing dan windsurfing karena lautnya yang tanpa ombak. “Kami baru mengetahui kalau Pulau Tabuhan sangat potensial untuk olahraga ini tahun lalu. Jika saja sudah tahu  sejak dulu pasti sudah lama kesini. Teman-teman kitesurfer yang biasanya main di Bali semuanya kesini,” tambah Jeroen.
Jeroen optimistis Pulau Tabuhan akan menjadi lokasi surfpoint utama bagi penggila kitesurfing dan windsurfing. Ini juga terlihat dari antusiasme peserta dari berbagai negara yang mendaftar secara online untuk mengikuti kegiatan ini.
Untuk mengembangkan olahraga ini di Pulau Tabuhan, dia juga berencana akan membuka pelatihan bagi warga lokal maupun wisatawan yang tertarik pada olahraga ini. Warga lokal nantinya diberdayakan untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif berbasis pariwisata di Pulau Tabuhan.
“Sebagai langkah awal, kami akan membawa trainer dari luar yang memenuhi kualifikasi. Nantinya juga akan melibatkan warga lokal untuk  dilatih,” urainya.
Pulau Tabuhan sendiri merupakan sebuah pulau kecil tidak berpenghuni yang berada di wilayah utara Banyuwangi. Untuk mencapai lokasi tersebut harus menyeberang kurang lebih 15 menit dari Pantai Bangsring dengan menggunakan perahu. Di sepanjang perjalanan menuju pulau dengan pantai berpasir putih bersih ini wisatawan bisa menikmati pemandangan menawan gradasi warna laut mulai hijau, biru muda sampai biru tua. Kejernihan air juga bakal memanjakan wisatawan yang gemar berolahraga air seperti snorkling.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, event Summer Kitesurf Camp yang diikuti banyak pihak dari luar negeri ini menjadi salah satu cara untuk mempromosikan pariwisata Banyuwangi, khususnya di wilayah utara, setelah sebelumnya wilayah selatan telah lebih dulu dikenal lewat wisata pantai seperti Pantai Pulau Merah, Plengkung, dan Sukamade.
“Satu lagi potensi pariwisata Banyuwangi yang tergali. Pulau Tabuhan menyimpan pesona yang belum diketahui banyak orang. Pasir putih yang halus, air laut yang jernih dan biota lautnya yang menawan. Kami ingin Pulau Tabuhan menjadi destinasi idola, sehingga makin banyak wisatawan. Tujuan akhirnya apalagi kalau bukan kesejahteraan masyarakat,” kata Anas.
Ajang ini, ujar Bupati, merupakan pemanasan sebelum agenda sesungguhnya, yakni International Event Kitesurfing and Windsurfing Competition pada 2015 yang digelar tahun depan dalam rangkaian Banyuwangi Festival 2015.
Kitesurfing sendiri adalah olahraga selancar di permukaan air yang menggabungkan beragam unsur, mulai dari selancar angin, selancar, paralayang, bahkan senam menjadi satu jenis olahraga. Kitesurfing memanfaatkan angin guna mendorong sang atlet untuk menaklukkan air dengan papan selancar kecil. Para atlet atau pengendara di papan selancar dihubungkan dengan sebuah layang-layang paralayang. Para atlet akan berlomba melintasi air dan terkadang di udara.
Adapun windsurfing adalah olahraga dengan memanfaatkan tenaga angin untuk meluncur membelah air.
Berdasarkan data International Kiteboarding Association, terdapat sekitar 1,5 juta pemain kitesurfing (kitesurfer) di seluruh dunia. Ini merupakan pasar yang besar untuk dibidik guna menggairahkan wisata daerah. Perkiraan nilai pasar industri kitesurfing mencapai USD 250 juta, meliputi nilai penjualan perlengkapan, penyelenggaraan event, dan sebagainya
Perkembangan olahraga kitesurfing cukup pesat. Pada 1998, di dunia cuma ada 1 kompetisi kitesurfing dengan hadiah hanya minuman bir. Hanya dalam jangka tiga tahun, pada 2001 terdapat lebih dari 30 kompetisi dengan hadiah lebih dari USD 50.000, dan saat ini sekitar 100 event kompetisi.

jpnn

Kamis, 07 Agustus 2014

15 Dokar Tempuh Rute 26 Km

GIRI – Sebanyak 15 dokar dan ratusan engine mengikuti tradisi Puter Kayun kemarin (6/8). Mereka menempuh perjalanan pergi-pulang sejauh 26 kilometer dari Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, menuju Pantai Watudodol, Kecamatan Kalipuro. Pawai Puter Kayun itu diawali dari Kelurahan Boyolangu.
Kemudian, mereka bergeser ke arah timur melewati Jalan Letkol Istiqlah, Jalan Kapten Ilyas, Jalan Satsuit Tubun, dan berbelok di Jalan Sritanjung di depan Pendapa Sabha Swagata Blambangan. Setelah melewati Jalan PB. Sudirman, mereka lurus ke arah utara melintasi Jalan Basuki Rahmat, Jalan Yos Sudarso, Jalan Gatot Subroto, hingga Pelabuhan Ketapang. Dari kawasan pelabuhan penyeberangan itu, mereka meneruskan perjalanan melalui Jalan Raya Situbondo hingga Pantai Watudodol.

Jadi Kota Welas Asih, Banyuwangi Sejajar dengan Atlanta, Houston, dan Seattle

BANYUWANGI,  -– Memiliki sejumlah program yang menghargai nilai-nilai kasih sayang, humanisme, dan kebhinnekaan membuat  Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dijadikan sebagai Kota Welas Asih (Compassionate City). Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menandatangani Piagam Welas Asih (Charter for Compassion) di Banyuwangi, Selasa (5/8/2014).

Dengan menandatangani piagam tersebut, Banyuwangi masuk dalam jaringan 40 kota di dunia yang telah ditetapkan menjadi Kota Welas Asih sesuai inisiasi program Compassion Action International. Saat ini, 231 kota di berbagai negara sedang dalam proses menjadi Kota Welas Asih. Yang telah ditetapkan sebagai Kota Welas Asih antara lain Atlanta, Appleton, Denver, Houston, Seattle (semuanya Amerika Serikat), Capetown (Afrika Selatan), Eskilstuna (Swedia), Groningen dan Leiden (Belanda), Botswana, Parksville (Kanada), serta Gaziantep (Turki).

Charter for Compassion juga telah ditandatangani oleh lebih dari 100.000 tokoh di dunia, termasuk sejumlah tokoh terkemuka di Indonesia. Compassion Action International digerakkan oleh sejumlah tokoh, di antaranya pakar agama Karen Armstrong dan Presiden Masyarakat Islam Amerika Utara Imam Mohamed Magid.

”Banyuwangi berkomitmen menjadi daerah yang penuh cinta, bertaburan kasih sayang, tidak hanya dalam konteks ekonomi tetapi juga secara hubungan sosial antarwarganya,” ujar Anas seusai menandatangani Charter for Compassion.

Anas menyebut sejumlah program di Banyuwangi sudah merepresentasikan prinsip-prinsip kasih sayang, humanisme, dan kebhinnekaan. Misalnya, pertemuan rutin lintas agama, gerakan Siswa Asuh Sebaya yang menjalin solidaritas antarsiswa, Gerakan Sedekah Oksigen yang melibatkan semua tokoh agama untuk kampanye lingkungan, ambulans 24 jam untuk melayani warga, serta pemberantasan buta aksara dan anak putus sekolah yang menjunjung tinggi aksesibilitas warga dalam menikmati layanan pendidikan.

Selain itu, program-program seperti bantuan permodalan untuk usaha kecil, bantuan benih untuk petani dan pembudidaya ikan, beasiswa untuk siswa dari keluarga miskin dan penyandang disabilitas, bedah rumah, dan gerakan pengentasan kemiskinan lainnya juga menjadi contoh kebijakan publik yang berbasis kemanusiaan. ”Dengan segala kekurangan yang masih ada, kebijakan publik ke depan harus mampu memanusiakan manusia,” ujar Anas yang pernah menempuh studi singkat ilmu kepemerintahan di Harvard Kennedy School of Government, Amerika Serikat, tersebut.

Anas mengatakan, ajaran agama pada dasarnya mengajarkan prinsip-prinsip kemanusiaan. Karena itu, mendorong sebuah gerakan kasih sayang hingga ke level daerah menjadi penting untuk menghadapi tantangan bangsa yang semakin kompleks. ”Bagaimana daerah bisa memasukkan prinsip kemanusiaan dalam setiap kebijakan, baik kebijakan ekonomi, sosial, budaya, pariwisata, pendidikan, maupun kesehatan,” tuturnya.

Dia mencontohkan, di bidang pendidikan, para pendidik berkomitmen untuk menjadikan sekolah mereka sebagai sekolah welas asih atau compassionate school. Sekolah yang bebas disktriminasi, kekerasan, aman dan nyaman bagi siswa. ”Pendidik dan pelajar bukan hanya mempelajari tapi juga mempraktikan nilai kasih sayang, cinta, dan menghargai perbedaan. Tumbuh berprestasi bersama-sama, bukan menciptakan persaingan tidak sehat sejak masa kecil,” kata dia.

Demikian juga di bidang pelayanan publik, dengan menjadi bagian dari Kota Welas Asih, birokrat di Banyuwangi secara berkelanjutan meningkatkan pelayanan dan membangun fasilitas publik yang lebih manusiawi. Program inovatif pelayanan publik telah dilakukan seperti Bayi Lahir Pulang Bawa Akta, One Stop Services, dan SMS Gateway. Ke depan, itu akan diperluas. ”Suara kritis publik diakomodasi, bisa lewat SMS Center, Twitter, maupun pertemuan-pertemuan langsung,” ujarnya.

Anggota Global Compassion Council Dr Haidar Bagir yang hadir di Banyuwangi mengatakan, dengan mendatangani Charter for Compassion, Banyuwangi sudah masuk jaringan 40 kota di dunia yang sebelumnya telah menjadi Compassionate City. ”Dan ini akan menjadi platform bagi Banyuwangi untuk bekerja sama dengan kota-kota lainnya yang ada di Amerika Serikat, Eropa, Afrika, dan Asia,” ujar Haidar.

Ditambahkan Haidar, Banyuwangi adalah daerah pertama di Indonesia yang direkomendasikannya sebagai Kota Welas Asih. Saat ini tiga daerah lain, yaitu Jakarta, Bali, dan Bandung, sedang dalam tahap proses untuk menjadi Kota Welas Asih. ”Ini saatnya  membalikkan kehidupan masyarakat yang semakin individualistik menjadi lebih humanis, daerah harus semakin pro-warganya. Ini sudah sejalan dengan program yang telah dijalankan di Banyuwangi,” ujarnya.

Dengan menjadi Kota Welas Asih, ada beberapa keuntungan yang bisa didapat Banyuwangi Pertama, untuk memperkuat branding Banyuwangi. Kedua, mempunyai jaringan internasional untuk saling bertukar pengalaman dan sumberdaya dalam membangun daerah. Untuk mengetahui lebih jauh tentang Compassionate Action, bisa mengunjungi website www.charterforcompassion.com.
JPNN